Home

Sabtu, 21 April 2012

Topeng-Topeng Cantik


Manusia harus selalu siap menanggung hidupnya, menanggung perbuatannya. Saat ini bukan saat yang tempat untuk menyalahkan orang-orang yang mengambil andil dalam “hancur”nya suatu kehidupan. Manusia  harus siap, seharusnya tak ada waktu menangisi orang-orang pengecut itu, bahkan ketika topeng mereka terlepas dan jati diri tampak sangat jelas, kenyataan bahwa tidak semua wajah yang kamu liat adalah malaikat cinta yang mereka percaya di jaman yang entah sudah ada hati nurani atau belum.
Otak manusia sangat luas, jangan harap bisa membaca pikiran lawan bicaramu meskipun kau mengatakan kau jauh lebih mengenalnya dibanding mengenal dirimu sendiri. Tubuh ini, tangan, kaki, kulit, wajah, ucapan adalah topeng yang abadi sebagai anugrah tuhan buat kita manusia. Bisa saja mereka jauh berbeda dari apa yang kamu kenal selama ini.
Kehidupan ini jauh lebih mengerikan dari yang aku bayangkan, hidup tak memandang bulu.. semua diberi rasa sakit dengan urutan yang acak, dan sialnya aku selalu terperangkap dalam randomize sialan itu.

Rabu, 16 Juni 2010

HITAM PUTIHMU

Riak wajahmu membuatku tak percaya. Diam yang menarikku dalam arus biru, dengan rasa yang sedalam samudera. Aku menemukannya diantara risau prahara kelam masa lalu, bersama angin, bersama ruang yang lusuh termakan usia.
Dengan sumbang mencoba mengalahkan riuh suara nyanyian anak kecil dalam sebuah gereja, mencoba mencerna segala perbedaan yang tak pernah putih, membangun pertahanan jiwa yang telah runtuh. menyeringai dalam sepi yang mencekik.
Menatapku tajam, menunggu satu kata yang tabu! Sambil sesekali menarik nafas yang tertahan beberapa detik, lalu terhembus berat, dengan paras yang kian lelah..
Maafkan aku..
Maaf aku menyimpannya dalam diamku, maaf ku dekap gejolak ini erat-erat agar tersembunyi darimu. Ini karena aku telah kalah, telah menyerah tp tak mampu membenarkannya. Kenyataan bahwa pesonamu telah menenggalamkanku dalam sungai bening dimatamu. berbinar jingga.. mengalahkan aroma hujan kala senja.
Tp aku.. berkata pada angin yang tak bisa kau dengar, berjalan dalam bias waktu yang tak bisa kau rasa. Karena perbedaan itu tak akan pernah putih…

KOTAKU KINI

Ribuan hari berlalu semenjak kutinggalkan kota ini.. menyesakkan dadaku dengan angin pekat menyentuh melesat dalam labirin waktu.. semakin tersesat..!! sedikitku menghirup mimpi.. mencoba mencicipi harum kenangannya.. namun getir!!
Mereka memandangku… membawaku melesat jauh dalam sisi ingatan… dan aku terlupa!!
Ketika ruang-ruang indah itu telah buram dalam kenangan, dan ketika malam mengirimkan sentuhan dinginnya saat ku terjaga, kurasakan selimut kejamnya menguasai.. tak memberi cela.. hingga aku menyimpan murka.. melawan yang tak semestiya!!

Apa yang mulut-mulut itu tau??
Menghakimiku dengan prahara yang mereka junjung tinggi dibalik kemunafikan..
Tapi hari ini aku disini,
Menagih apa yang mereka anggap benar..

Tapi mereka bungkam, kota ini kota mati,,, mereka tak lebih dari nyawa-nyawa tak bernurani, menunggu disuap seperti bayi..

Tak berdaya..