Home

Rabu, 16 Juni 2010

HITAM PUTIHMU

Riak wajahmu membuatku tak percaya. Diam yang menarikku dalam arus biru, dengan rasa yang sedalam samudera. Aku menemukannya diantara risau prahara kelam masa lalu, bersama angin, bersama ruang yang lusuh termakan usia.
Dengan sumbang mencoba mengalahkan riuh suara nyanyian anak kecil dalam sebuah gereja, mencoba mencerna segala perbedaan yang tak pernah putih, membangun pertahanan jiwa yang telah runtuh. menyeringai dalam sepi yang mencekik.
Menatapku tajam, menunggu satu kata yang tabu! Sambil sesekali menarik nafas yang tertahan beberapa detik, lalu terhembus berat, dengan paras yang kian lelah..
Maafkan aku..
Maaf aku menyimpannya dalam diamku, maaf ku dekap gejolak ini erat-erat agar tersembunyi darimu. Ini karena aku telah kalah, telah menyerah tp tak mampu membenarkannya. Kenyataan bahwa pesonamu telah menenggalamkanku dalam sungai bening dimatamu. berbinar jingga.. mengalahkan aroma hujan kala senja.
Tp aku.. berkata pada angin yang tak bisa kau dengar, berjalan dalam bias waktu yang tak bisa kau rasa. Karena perbedaan itu tak akan pernah putih…

KOTAKU KINI

Ribuan hari berlalu semenjak kutinggalkan kota ini.. menyesakkan dadaku dengan angin pekat menyentuh melesat dalam labirin waktu.. semakin tersesat..!! sedikitku menghirup mimpi.. mencoba mencicipi harum kenangannya.. namun getir!!
Mereka memandangku… membawaku melesat jauh dalam sisi ingatan… dan aku terlupa!!
Ketika ruang-ruang indah itu telah buram dalam kenangan, dan ketika malam mengirimkan sentuhan dinginnya saat ku terjaga, kurasakan selimut kejamnya menguasai.. tak memberi cela.. hingga aku menyimpan murka.. melawan yang tak semestiya!!

Apa yang mulut-mulut itu tau??
Menghakimiku dengan prahara yang mereka junjung tinggi dibalik kemunafikan..
Tapi hari ini aku disini,
Menagih apa yang mereka anggap benar..

Tapi mereka bungkam, kota ini kota mati,,, mereka tak lebih dari nyawa-nyawa tak bernurani, menunggu disuap seperti bayi..

Tak berdaya..